Wednesday, June 15, 2011

PERBAIKAN GIZI

Sepulangnya dari menonton ujian skripsi Mat Bensin dan juga beli roti, Yuki bukan kepalang girangnya, dia seperti menenukan kembali repihan hatinya yang hilang 4 tahun yang lalu dan ketika dia mendapatkan nomor hape si penjual roti tadi, dia seperti orang yang baru menang lotre, jingkrak-jingkrakan kesana kemari. Nomer hape si penjual roti tadi, aku dapat dari manajernya ”kedai roti gosong manis” yang kebetulan teman sekampungku;

”Ayu Violet namanya tapi orang-orang disini biasa memanggil dia; Vio” tutur Fatimah.
”Fat, makasih ya, nanti puasa kita pulang bareng lagi” seruku kepada Fatimah
”oia Dul, sama-sama, nanti janjian aja ya” jawab Fatimah halus

Disampingku Yuki masih saja ketawa-ketawi sendirian.

”Yuk, kamu seneng banget ya!, sampai lupa ucapin terima kasih sama Fatimah” tanyaku kepada Yuki yang masih saja mesam-mesem
”yo tadi kan awakmu wis ngucapno suwun” jawabnya santai
”udah donk, Yuk! Malu tuh diliatin banyak orang” cegahku
”ora opo-opo” cetusnya
”mending sekarang kita kasih selamat dulu ke Mat Bensin, tadi Muladi SMS katanya dia udah keluar dari ruang eksekusi” saranku mencegah Yuki yang semakin gak karuan
”oia, Mat Bensin wis metu ta, ayo merono” Yuki pun beranjak pergi dari tingkah gilanya. Nampak dari kejauhan, Ikbal dan Muladi sudah berkerumun dengan Mat Bensin.

Setelah itu, kami beranjak pergi ke suatu tempat menuju Jl. Soekarnohata, tepatnya di kedai ”Bakso GOOOng”, kami ditraktir Mat Bensin sepuasnya makan bakso di kedai ini karena acara syukuran kecil Mat Bensin lulus sidang skripsi dengan predikat B,”Alhamdullilah, ayo rek, makan sak puase ” ajak Mat Bensin. Kami pun tak segan memesan beberapa butir bakso dan jeroan untuk kami santap sepuasnya. ”huh, uenake bakso iki, sering-sering ae arek-arek sidang skripsi” seru Ikbal –mahasiswa asal Gresik yang juga masih bersaudara dengan Mat Bensin- yang begitu menikmati.

Dan kami pun beranjak pulang menuju pondok kami, setelah puas makan bakso. Sesampainya di kamar mataku langsung saja terpejam, rupanya sudah letik seharian ini beraktivitas ditambah makan bakso Gong yang super enak dan mengenyangkan, hitung-hitung perbaikan gizi. Kenapa aku katakan perbaikan gizi? Begini ceritanya, sebenarnya di pondok kami sudah disediakan makan untuk para santrinya di dapur 3 kali sehari, namun harga memang tidak bisa berbohong. Bayangkan saja, di pondok kami –Al-Ghozali- setiap santri hanya dipungut biaya bulanan sebesar Rp. 300.000,- saja! Uang itu sudah termasuk untuk bayar dirosah (pengajian) kamar, listrik dan air sepuasnya ditambah makan 3 kali tentunya dengan nemu ala kadarnya, jadi sangat wajar bila ku katakan makan siangku tadi adalah perbaikan gizi.

Sore hari setelah bangun dari tidur siangku, aku lantas mandi dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah shalat Magrib, kemudian setelah itu tentu saja dirosah, shalat berjama’ah Isya dan makan di dapur. Ketika aku sedang mengantri di depan kamar mandi, nampak Sukadi –mahasiswa asal Jombang yang juga takmir mesjid di pondok kami, dia juga dikenal punya 100 jurus menaklukan wanita- sedang bingung, rupanya dia sibuk mencari santri yang akan dia ajak tahlilan.

”Suk, ada apa? Kok mondar-mandir gitu?” tanyaku kepada Sukadi yang dari tadi mondar-mandir
”iki lho aku gole wong, awakmu duwe acara gak engko bengi?” tanyanya
”gak ada, emang mau ada apa?” jawabku lantas aku balik bertanya
”yo melu aku tahlilan di omahe Pak Jojon, tadi isuk wonge tilar” terangnya
”innalillahi wa innailaihi rojiun” jawabku ketika mendengar Pak Jojon telah meninggal dunia tadi pagi
”yo opo melu ga?” tegasnya
”ya, aku mau ikut” jawabku
”lek ngono, engko bengi ngumpul di ngarep mesjid mari shalat Isya” jelasnya
”okeh deh” kataku singkat saja
”saiki berarti golek 2 wong maneh, sopo yo?” dia nampak kebingungan
”ajak aja Yuki sama Muladi, InsyaAllah mereka mau ikut” saranku
”oia, matur suwun yo, Dul! Ojo lali engko bengi perbaikan gizi” katanya sambil pamit meninggalkanku yang masih ngantri didepan kamar mandi.

No comments:

Post a Comment